Posts

Bunyi Bulan

Cahaya bulan sepatutnya tumpah dan hanya melihat suaranya di tengah awan yang jatuh menjadi sesuatu yang hening Waktu mendengar bunyi yang disimpan di dalam halkum bungkam ada aksara yang menyatu diam-diam menjadi dian memberi salam cahaya bulan yang kurang berkembang, di manakah bunyi itu bersembunyi saat mula mengerti aroma yang mulai bersuara adalah ketiadaan yang sering ada Diam-diam kuintai senyummu tapi hanya saat ini juga bunyimu belum ditemui, apakah kembali? Sebentar lagi seperti sejarah yang tertulis maka baik dibaca peristiwa itu sebelum terjadi catatan yang tersesat di belukar malam benar, sebentar lagi akan terjadi peristiwa yang tidak dilupakan.

Kumpulan Puisi Sinar Sirna

Image
Buku ini merupakan sebuah kumpulan puisi saya yang terhasil sejak tahun 1988 sehingga tahun 2005. Sejumlah 165 buah puisi, kompilasi puisi-puisi pelbagai tema, rentak dan makna, berhubung alam, dunia diri, atmofera batin; berkaitan keagamaan, sosial dan politik. Tidak mudah melalui denai waktu yang panjang walaupun terasa singkat namun menyelesaikan sebahagian tugas seorang penyair telah membina jambatan yang tirus menghubungkan pelbagai dimensi dunia, zahir dan batin. Ada kalanya gugur kecundang, namun bingkas, bangun semula untuk meneruskan perjalanan, berjuang menanggapi kehidupan yang penuh rahsia. Tabir takdir bukanlah suatu tugas tetapi apabila berusaha mendekatinya bererti jalan yang panjang itu semakin mengakrabi kebenaran yang dicari tanpa henti. Semakin jauh melangkah dan melangkah, perjalanan semakin tidak perpenghujung, tanpa noktah.

Lebur yang Abadi

Mencari cahaya-Mu dan kutemui perjalanan fanaku mengkabus menjadi haus yang rindu menebar ke seluruh alamku di alam-Mu menyatu wajah-wajah haru di pangkal waras akal yang malu Dan di rumahku ini hanya memahami lebur yang abadi. Tanjung Aru Kota Kinabalu 23 Ramadan 1423

Sajak Cinta Bulan Mei

Kurasai sejuk bara di dada yang memakna tamsil embun yang mentaakul segar dedaun Tak mungkin ada jarak hanya menjadi pisau yang menikam Sendu mencari wajah mencari diri di celah ingatan yang mesra Ketika tak kau menjelma tak ada suara menyapa risik bayu kembalikan setia Tersimpul di dada itu, rindu ketika kau tiada dalam ada ketika kau ada dalam tiada Samar-samar kusimpan kuhadirkan ucapkata kutimba gelora Masih kubetah memelihara warna hijau cinta wangi kelopak kasih Jika inilah bingkai yang kudekapkan di dinding rasa sampaikanlah sapaanmu Berjalan di sepanjang pantai menyatu badai ke asalnya meski badai itulah penyempurna. Kota Kinabalu 1 Mei 2004

Akar

Katakanlah mereka berkata: akarmu menjalar memperdaya akal jangan relakan terbinanya jurang meruangi sulit sangka merobek-robek jantung cinta biarlah mereka berkata apa saja asal akarmu tahu di mana liku-likunya sambil memahami teguhnya pohon dialami bermacam ragam musim, dengarlah mereka berkata yang didengar jangan hanya dusta yang diucapkan jangan cuma kata-kata mengapa tak bertanya: siapakah penghalang keutuhan akarmu? Berilah ruang kata-kata menyantuni maknanya mata batin mentafsir kebijaksanaan menterjemahkan sekian rasa menjelaskan peribadi sasa, katakanlah apa saja kerana kata-kata adalah suara yang tak pernah beku dan tak mungkin pasti dipercayai, kata-kata adalah suara yang menghantar akal ke daerah sejarahnya menyaringkan manis dari cairan hempedu, katakanlah mereka tahu bersuara lihatlah pada nilai dan maknanya tahu di manakah pokok dan di manakah akarnya di situlah berdirinya akal mencekalkan pengertian biarlah mereka berkata kagumilah wajahmu di atas cermin sendiri. Ikata

Diaspora Cinta Hasyuda

Alangkah saujana menginsafi agung cinta lebur peribadi hanya keranamu pasrah dan menyerah seluruh kalbu keranamu kau berikan indah yang tak dapat dibayangkan kau berikan bahagia yang tak dapat bercerita Kerana menyatu kelembutanmu di dalam syahdu membauri rindu tawa dan gelisah duka dalam peristiwa hingga akhirnya kumemahami jiwa mengaromai peribadi sejarah masa lalu yang kaupunyai yang tak mudah dimengerti hanya dengan percaya Tak kukeliru ketika berada dalam kamarmu segala pintu, jendela, dinding bahkan kelambu dan apa saja saling menyapa biasa begitu bahasa saujana di manapun ketika berada tak ada tiada mendiasporakan cinta. Sembulan - Putatan 18 Oktober 2001

Sinar Sirna

memandangmu berlalu setiap kuhela nafas tanpa suara menyapa menjadi biasa seperti kapal-kapal yang belayar di hadapan pelabuhan, tak mungkin terjadi sesuatu yang dirasakan kini jauh di belakang, tak terjadi juga untuk kembali ke sana negeri kenangan, diam di sini memandang lampu hayat yang akan tiba saat berangkat diam damai dalam pelayaran jauh di lautan abadi lampu itu bersinar sirna. Pustaka Iqbal Nazim, Kota Kinabalu.