Memandang Jernih

Hanya memandang suara yang tiada
dan suatu persahabatan yang pernah menyapa dulu
kini di mana fananya
Sering datang percakapan
yang membawa kembali kepada diri
kerana ia lebih memahami
tentang pisau yang melakukan
irisan-irisan kalbu,
kudengar bunyinya!

Saat ini mungkin duniaku lain
tapi sentiasa kudengar alun kata
dan rasa sayup dalam elegi
yang tak usai digapai

Kupandang jernih di dalamnya
dalam tangis tanpa air mata
di tengah sunyi yang menusuk

Bagai belati melati menyiat-nyiat diri
meski segalanya tetap mandiri.

Comments

Popular posts from this blog

Bunyi Bulan

Kumpulan Puisi Sinar Sirna

Sajak Orang-orang Gendut